Mungkin mendengar kata pendidikan bukan hal yang asing lagi bagi anda. Terutama bagi Anda para siswa, pelajar, ataupun mahasiswa. Membicarakan masalah pendidikan di Indonesia tentu sangat banyak, disini saya sebagai penulis ingin sedikit mengurai masalah pendidikan di Indonesia yang mungkin dapat kita lihat secara nyata. Di zaman yang serba canggih dan modern ini pendidikan dapat dengan mudah masuk ke negeri tercinta ini. Bisa melalui media elektronik maupun non-elektronik. Dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia sangat mengutamakan pada transfer ilmu pengetahuan asing yang ditelan mentah-mentah tanpa filteralisasi. Yang menjadi masalah tanpa kita sadari kita telah menelan racun-racun kapitalisme yang telah dicampur baurkan oleh ilmu yang telah kita pelajari. Bukan hal asing jika Anda berkunjung ke toko buku atau perpustakaan umum dan menemukan buku yang berbau kapitalisme. Jadi tak heran bila negara kita secara pelan melupakan kesejatiannya.
Yang kedua, jika Anda anak SMA dan sederajatnya (khusus lulusan 2013). Untuk masuk sebuah PTN Anda harus mengikuti seleksi yang dinamakan SNMPTN dimana semua siswa berhak untuk mendaftarkan diri. Jika tahun 2012 SNMPTN adalah jalur tulis, di tahun 2013 SNMPTN adalah jalur undangan sedangkan jalur tulisnya adalah SBMPTN. Disini saya akan sedikit mengulas masalah jalur undangan (yang sekarang populernya SNMPTN). Menurut pandangan saya jalur undangan pada dasarnya mengutamakan nilai raport dari sekolah. Disinilah masalah pendidikan Indonesia terlihat. Apakah anda tidak melihatnya? Bagaimana pendidikan Indonesia bisa mencapai maksimal jika seleksi untuk masuk PTN saja dengan jalur undangan? Apakah itu adil? Jawabannya adalah TIDAK. Ketika nilai raport sudah diseleksi apakah pihak penyeleksi tau sekolah itu favorit/tidak, apakah pihak penyeleksi tau nilai itu nilai katrol/tidak, Apakah pihak penyeleksi tau prestasi dan latar belakang sekolah itu? Sungguh memprihatinkan. Disana tenaga pendidik dari sekolah akan berlomba-lomba mengatrol nilai agar para siswanya diterima di PTN fovorit. Lalu bagaimana nasib sekolah favorit kita dengan nilai yang teramat jujur ini? Apakah sekolah favorit dengan nilai jujur ini harus beralih dan mengikuti tren dengan katrolan nilai? Jika pandangan masyarakat zaman dulu sekolah dianggap bagus karena satu sekolah lulus semua dengan nilai tertinggi, tapi sekarang sekolah bagus adalah sekolah dimana para siswanya bisa masuk PTN favorit (Itu pandangan masyarakat). Tapi sejatinya sekolah favorit dan bagus adalah sekolah yang mempunyai banyak prestasi dan siap jujur apapun yang terjadi. Disinilah anak-anak berprestasi sedikitnya telah ditelantarkan oleh pemerintah.
Sahabat nazama.blogspot.com yang setia itu hanya dua masalah dari puluhan masalah pendidikan di Indonesia. Saran saya untuk kedepannya, pemerintah akan segera menghapus JALUR UNDANGAN yang menitik beratkan nilai raport tanpa melihat latar belakang sekolah. Sehingga semua siswa yang akan masuk PTN mengikuti JALUR TULIS dan itu sangatlah adil dan bisa diterima asal dibelakang jangan sampai adanya suap menyuap.