Sahabat nazama, tentu semua orang pernah merasakan cinta
yang luar biasa. Saya pernah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Bahkan setiap
nafasnya sepeti tertuliskan namanya (saya tidak bermaksud alay, tapi memang
begitu kenyataan yang pernah saya alami beberapa tahun yang lalu). Saya pernah menulis sebuah bait-bait
puisi dan prosa yang saya beri nama “Aku dan Jiwaku” seperti nama blogger ini
sebelum “Mencakup Berbagai Hal”. Dan baru kemarin saya mebaca tulisan saya
dalam masa lalu. Saya pikir saya ingin berbagi tulisan saya kepada Anda. Yah
walaupun tidak saya tulis lengkap seperti puisi atau prosa.
Aku ingin mencintaimu setulus hati. Layaknya Dewi Wara Sumbadra yang mencintai arjuna. Walaupun cinta Arjuna harus di bagi dengan Srikandi.
Aku hanyalah seorang yang pandai menulis puisi cinta, namun
aku tak bisa merasakan keindahan cinta.
Baru aku merasakan halaman hatiku ditumbuhi bunga, namun
akan ku buat bunga itu layu.
Kejujuran adalah sebuah kebahagian yang berbeda dalam hatiku.
Tanpamu aku adalah pelangi tanpa warna. Raga tanpa jiwa. Dan bunga yang ingin kembang di musim gugur.
Kau tak mengerti bagaimana kesepianku, menghadapi semua
dengan rindu, kau tak mengerti lukaku. Karena cinta dan kasihmu telah
sembunyikan bilah pisaunya. Membayangkan wajahmu adalah siksa karena bayangmu
semakin menjadi-jadi.
Dentum ombak pun akan
menelan kebahagian dalam hati. Cinta yang ia berikan telah sampai jantungku.
Hingga sumber rindu hanya terpusat padanya.
Badai tsunami tak henti-hentinya mengejar kisah cinta yang
kutitipkan padanya. Cinta terlarang itu akan kembali.
Aku harap ketika dia dengar namaku, ia akan tersenyum dan
mengingat segala kenangan yang pernah kita jalani.
Angin ingin kuberkata padamu. Peluklah jiwa ini. Aku rindu
akan kehadirannya.
Jika sang malam telah memberi kegelapan dihatimu. Aku akan
coba menjadi bintang. Walau dia kecil. Namun dia akan selalu mecoba memberi
penerangan di kegelapan malam.
Aku merindukanmu. Dan hanya dapat mengilustrasikanmu di meja
tayang, tak mampu menyentuh. Sang rindu telah mengalahkanku di episod ini.
Hanyalah message sebagai ornamen hidup di kesepianku.
Baru kali ini kau gores hatiku dengan segores-goresnya.
Laksana dinding kau pasang paku, lalu kau lepas kembali paku itu, dan lihat!!
Cacatlah dinding itu. Begitulah hatiku.
Cinta telah membiusku menjadi manusia paling bodoh di dunia
ini. Yang hanya mampu mengajakku bermimpi dalam dunia fantasi.
Dulu seribu puisi cinta tercipta untukmu. Tapi saat ini tak
ada kata bahkan pujian dalam hatiku. Kan kututup mata hatiku. Biarlah ku tak
lihat indahnya cinta. Biarlah!!
Asal kau tau aku bukanlah malaikat yang tak punya rasa
tertarik pada lawan jenis. Aku hanyalah manusia biasa.
Cinta bagaikan minuman dalam cawan, dimana kita akan meminum
apapun yang dituangkan. Semakin kita meneguk semakin mabuklah kita. Mabuk
pertama adalah mabuk yang memusingkan. Dan luka pertama adalah luka terperih.
Ku tak takut bila sang bulan redupkan sinarnya. Karena aku
tau bahwa sang rembulan tak akan pernah bersinar tanpa pancaran cahaya dari
sang mentari. Begitu juga denganku. (Bait
Sitara yang pernah diberi untuku,Nay)
Tuhan, bila kau mengizinkan ku ingin pinta rasaku dulu pada
sitara. Kembalikan. Dan tak pernah ku cabut rasa itu kembali. Biarkan cinta ini
terjaga hingga akhir nafas kuhembuskan.
Kau tak pernah tau betapa rapuhnya aku jalani cinta dengan
berjuta rasa. Namun tak pernah nyata. Hanya mimpi yang membumbung tinggi, tanpa
kepastian.
Aku hanya pemuja cinta dengan harta bait puisi. Dengan
bertahtakan seribu harapan. Yang berpondasi isi hati. Dan berpetualang dengan
sang mimpi.
Aku hanyalah seorang pengagum mimpi dengan segala
keindahannya. Tatapannya meluluhkan segala kekerasan di benakku. Yang terbiasa
hidup liar pun menjadi jinak.
Cinta dan sayangmulah yang telah menyihir Gurun Sahara
menjadi Samudra Kebahagiaan. Hingga aku larut dalam mimpi bodoh.
Sepi adalah makananku setiap hari. Tapi rasa kesepian tidak
akan pernah memumpuskan rasa sayangku padamu.
Antara duka dan bahagia. Kini yang tersisa hanyalah duka.
Tiada pelipur lara. Biarlah duka ini kupikul sendiri. Akan kubawa ia pulang.
Satu tahun yang lalu, kau ajak diriku merajut cinta bersama.
Namun akhrinya kau buat hancur sirna rajutan itu.
Kubiarkan aliran kasih dan cinta itu terhanyut dalam aliran
darahku. Sebagai tanda kubuka nafas baru dalam jantungku.
Aku hanya manusia biasa yang jauh dari sempurna. Tapi aku
ingin dia mencintaiku secara sempurna.
Entah dua tahun kedepan, apakah tempatku bersandar itu akan
tetap kokoh atau malah sudah rapuh sebelum meniti hidup bersama.
Bolehlah kau bunuh hatiku dengan pisau itu. Agar jiwaku
mati. Agar ku tak merasakan lagi indahnya cinta.
Seperti Rama dan Sinta. Seperti Romeo dan Juliet. Seperti
Laila dan Majnun. Seperti Prisca dan Mislinia. Seperti Anggraini dan Ekalaya.
Dan yang terakhir seperti dirimu dan diriku.
Tiada tangisan, tiada canda tawa, atau bahkan syair yang
kudendangkan untukmu. Karena semuanya telah tertutup salju.
Kini dialah yang menghidupkan pori-pori semangatku kembali.
Yang pernah di bunuhnya pula temannya.
Haduhhhh maaf ya para sahabat nazama jika isinya terkesan alay wakakakkakaaa
Setiap orang pasti mempunyai penilain yang berbeda,terserah anda yang membaca deh...Mau di bilang alay kek, mau dibilang jelek kek. Tapi memang benar cinta itu alay, tapi tinggal penempatannya pas atau tidak. Kalau pas pasti dibilang romantis, tapi kalau tidak pas pasti dibilang gombal.wakakkakaaa